Senin, 21 Januari 2019

Penatalaksanaan Panu Secara Farmakologis

PENATALAKSANAAN PANU SECARA 
FARMAKOLOGIS

A. LATAR BELAKANG
        Dalam kehidupan sehari hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu sebagai pelindung organ-organ tubuh di dalamnya, maka dari itu kebersihan kulit perlu dijaga kesehatannya. Kebersihan kulit merupakan mekanisme utama untuk mengurangi kontak dan transmisi terjadinya infeksi, salah satunya adalah infeksi jamur. Infeksi jamur kulit cukup banyak ditemukan di Indonesia, yang merupakan Negara tropis beriklim panas dan lembab, apabila higiene juga kurang sempurna (Madani A, 2000).
        Mikosis adalah penyakit yang disebabkab oleh jamur. Penyakit jamur atau mikosis yang mempunyai insidensi cukup tinggi ialah mikosis superfisialis. Penyakit yang termasuk mikosis superfisialis adalah dermatofitosis dan nondermatofitosis, yang terdiri atas berbagai penyakit diantaranya Pityriasis versicolor (PV), yang telah dikenal sebagai penyakit panu. 
Ditinjau dari masing-masing kasus mikosis superfisialis yang paling sering ditemukan adalah Pityriasis versicolor. Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan.
Pityriasis versicolor dapat menyerang masyarakat kita tanpa memandang golongan umur tertentu. Dari segi usia yakni usia 16-40 tahun kemungkinan karena segmen usia tersebut lebih banyak mengalami faktor predisposisi atau pencetus misalnya pekerjaan basah, trauma, banyak keringat, selain pejajan terhadap jamur lebih lama. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita , walaupun pernah dilaporkan di USA penderita yang tersering menderita  berusia Antara 20-30 tahun dengan perbandingan 1,09 % pria dan 0,6% wanita.

B. PEMBAHASAN

1. Definisi
Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau pityrosporum orbiculare dan ditandai dengan adanya macula di kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis versicolor biasanya mengenai wajah, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha

2. Cara penularan 
Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena aktivasi Malassezia furfur pada tubuh penderita sendiri ( autothocus flora), walaupun dilaporkan pula adanya penularan dari individu lain. Kondisi patogen terjadi billa terdapat perubahan keseimbangan hubungan Antara hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit. Dalam kondisi tertentu Malassezia furfur akan berkembang ke bentuk miselial, dan bersifat lebih patogenik. Keadaan yang mempengarruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah factor lingkungan atau faktor individual. Faktor lingkungan diantaranya adalah lingkungan mikro pada kulit, misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecendrungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom Cushing atau malnutrisi (Radiono,2001).

3. Faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya panu:
a. Lembab dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat dan pakaian tak menyerap keringat
b. Keringat berlebihan karna berolahraga
c. Friksi atau trauma minor misalnya gesekan pada paha ketika melakukan aktivitas
d. Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, Antara lain karena pemakaian antibiotic, atau hormonal dalam jangka panjang. 

4. Cara mencegah penyakit panu :
a. Mandi secara teratur, minimal 3 kali sehari
b. Jagalah kebersihan pakaian 
c. Gunakan pakaian dengan bahan yang dapat menyerap keringat
d. Gunakan handuk yang bersih, 


5.Penatalaksanaan
Pengobatan Pityriasis versicolor dapat diterapi secara topical maupun sistemik. Tingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai 60% pada tahun pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi, profilaksis untuk mencegah rekurensi :

a. Pengobatan Topikal
Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat digunakan adalah :
Selenium sulfida 1,8 % dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.
Salisil spiritus 10 %
Turunan azol, misalnya : mikonazol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol dalam bentuk topical
Sulfur praesipitatum dalam bedak kocok 4-20%
Larutan Natrium Tiosulfas 25 %, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2 minggu. ( Partogi, 2008).

b. Pengobatan Sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis versicolor yang luas atau jika pemakaian obat topical tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :
Ketoconazole, Dosis : 200 mg per hari selama 10 hari
Fluconazole, dosis : dosis tunggal 150-300 mg setiao minggu
Intraconazole, Dosis : 100 mg per hari selama 2 minggu ( Madani A, 2000).

c. Terapi hipopigmentasi  (Leukoderma)
Liquor  carbonas detergent 5 %, salep pagi/malam
Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam
Jemur di matahari > 10 menit Antara jam 10.00-15.00 (Murtiastutik, 2009).
Pityriasis versi kolor cenderung untuk kambuh,sehingga pengobatan harus diulangi.
6. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya pityriasis versicolor dapat disaranakan pemakaian 50% propilen glikol dalam air untuk pencegahan kekambuhan. Pada daereah endemic dapat disarankan pemakaian ketoconazole 200 mg/hari selama 3 bulan atau intrakonazole 200 m sekali sebulan atau pemakaian sampo selenium sulfit sekali seminggu (Radiono, 2001)
Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, perlu diberikan pengobatan pencegahan, misalnya sekali dalam seminggu, sebulan dan seterusnya. Warna kulit akan putih kembali bila tidak terjadi reinfeksi. Pajanan terhadap sinar matahari dan kalau perlu obat fototoksik dapat dipakai dengan hati-hati, misalnya oleum bergamot atau metoksalen untuk memulihkan warna kulit tersebut (Madani A, 2000).

C. KESIMPULAN
       Pityriasis Versicolor adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau pityrosporum orbiculare dan ditandai dengan adanya macula di kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Cara penularannya dalam kondisi tertentu Malassezia furfur akan berkembang ke bentuk miselial, dan bersifat lebih patogenik. Keadaan yang mempengarruhi keseimbangan Antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah factor lingkungan atau faktor individual. Faktor lingkungan diantaranya adalah lingkungan mikro pada kulit, misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecendrungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom Cushing atau malnutrisi. Penatalaksanaan pengobatan Pityriasis versicolor dapat diterapi secara topical maupun sistemik dan Terapi hipopigmentasi  (Leukoderma). Pengobatan Topikal ; Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat digunakan adalah : Selenium sulfide, Salisil spiritus 10 %, Turunan azol (mikonazol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol) dalam bentuk topical, Sulfur praesipitatum dalam bedak kocok 4-20%, Larutan Natrium Tiosulfas 25 %, Pengobatan Sistemik ; Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis versicolor yang luas atau jika pemakaian obat topical tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :Ketoconazole, Fluconazole, , Intraconazole, Terapi hipopigmentasi  (Leukoderma) seperti Liquor  carbonas detergent 5 %, Krim kortikosteroid, Jemur di matahari > 10 menit. Pityriasis versi kolor cenderung untuk kambuh,sehingga pengobatan harus diulangi.

Lampiran Brosur Panu:

Daftar pustaka :
Partogi, Dona. 2008. Pityriasis Versicolor dan Diagnosis Bandingnya.
Medan USU e-Repository